IBU ATAU BUNDA?
Menurut pengertian baku yang disepakati oleh forum ahli Bahasa Indonesia, kata ibu memiliki makna wanita yang telah melahirkan seseorang. Dengan itu, seorang istri dapat secara otomatis menjadi seorang ibu manakala telah mampu melahirkan seorang bayi. Jadi setiap wanita yang sehat organ reproduksinya akan bisa menjadi seorang ibu, tentunya.
Ibu adalah peran logis dari seorang wanita yang mampu melahirkan bayi. Tugas ibu adalah melahirkan bayi. Hal-hal lain terkait kebutuhan primer bayi seperti memberikan susu, memandikan, menyuapi, memakai baju, bermain, dan lain-lain, dapat sepenuhnya ditangani oleh seorang baby sitter.
Dulu, sebelum teknologi kedokteran mampu mengenali dan mempersiapkan kelahiran bayi dengan baik, prosesi melahirkan adalah benar-benar gerbang antara dua alam (dunia dan kubur). Tingkat meninggal ibu-ibu akibat melahirkan demikian tinggi. Beruntungnya, pelan-pelan teknologi telah mampu mengantisipasi banyak hal seputar kelahiran sehingga pada masyarakat yang terlayani medis dengan baik, prosesi kelahiran bisa menjadi momentum perayaan yang direncanakan. Masih ingat tanggal 09-09-09? Banyak sekali ibu-ibu yang memilih tanggal tersebut untuk kelahiran bayinya, tentu saja dengan cara bedah “Caesar”.
Bagaimana dengan kata bunda? Menurut proses pembentukan kata, kata bunda berasal dari kata ibunda. Entah apa latar belakang sejarahnya, tapi makna terasa dari kata ibunda atau bunda adalah adanya keterkaitan antara ibu dengan anak. Mungkinkah ibunda merupakan paduan dari kata ibu + ananda? Entahlah. Yang pasti, seseorang menggunakan kata ibunda untuk merujuk sebuah penghormatan yang besar antara hubungan anak dan ibu. Seseorang dapat tetap mengklaim sebagai ibu seorang anak asalkan dapat membuktikan anak itu terlahir dari rahimnya. Sedangkan untuk mengklaim seorang bunda, tentu tidak semudah itu kan?
Menjadi seorang bunda tidak dapat diraih hanya dalam waktu setahun. Menjadi seorang bunda membutuhkan kebijakan, kematangan emosi, kedalaman maaf, pengetahuan yang cukup, wawasan yang memadai, kesabaran yang tak berbatas, keringat tak pupus dikeringkan, tatapan penuh kasih sepanjang waktu, belaian tangan tulus (bukan lembut karena tidak semua tangan penuh kasih itu berkulit halus), serta tegur empati sapa bersahabat. Menjadi bunda adalah aktualisasi kasih sepanjang hayat. Menjadi bunda adalah pilihan, bukan keniscayaan logis kehamilan. Sebagai ibu, Anda dapat memutuskan jadi bunda atau hanya menjadi ibu, seperti yang telah dipertontonkan oleh banyak ibu yang meninggalkan bayi begitu saja.
Menjadi bunda membutuhkan persiapan, latihan, dan pengetahuan, terutama terkait keberhasilan proses pengasuhan (pendidikan + perawatan). Pendidikan untuk membangun mental dan perilaku baik manusia baru yang dititipkan melalui rahim ibu. Perawatan untuk memastikan hak-hak fisiknya terpenuhi sehingga secara fisik memiliki badan sehat dan kuat. Dengan demikian, insan (mental, perilaku, tubuh) paripurna menjadi kewajiban hukum sebab-akibat untuk melahirkannya.
Sahabat-sahabat wanita yang budiman, apakah yang selama ini Anda persiapkan? Menjadi ibu ataukah menjadi bunda? Persiapan untuk apakah jadwal rutin ke salon (pedicure, medicure, hair care, skin care), ke fitness center, atau ke cafe? Sudah seimbangkah antara besaran anggaran persiapan ibu dan bunda?
Seperti yang disampaikan dengan tegas oleh Bunda Neno Warisman dalam buku ”Semua Ayah Adalah Bintang”, "Belah jiwa ayah, kaum ibu ini, dengan semua pemberdayaannya ... termehek-mehek sudah...! Itu bahasa yang paling jujur. Kaum ibu yang sudah pontang-panting, baik yang setengah mati maupun satu mati, atau 3 mati sekalipun, tetap tidak akan optimal mewujudkan generasi yang berkwalitas dan seimbang tanpa kehadiran ayah, baik secara fisik, psikologis maupun rohani." Benar. Benar sekali apa yang dikatakan Bunda Neno. Peran pengasuhan adalah peran ayah dan bunda. Anak adalah hasil upaya dan harapan bersama, maka keberhasilan pengembangannya menjadi tanggung jawab bersama. Terus, kenapa sekarang menjadi kewajiban monopoli bunda!
Menjelang hari Ibu (saya lebih menyukai dengan istilah hari Bunda) ini, saya ingin mengajak kaum lelaki untuk menjadi ayah (bukan bapak). Ayah adalah bapak yang memainkan peran dirinya dengan optimal bagi terbangunnya karakter keluarga (anak dan istri) yang baik. Juga bagi para calon bapak, adalah sangat penting dan sangat menentukan segala persiapan atau abai Anda dalam menyongsong hari jadi bapak. Saya menyaksikan, banyaknya kegagalan dalam mewujudkan visi keluarga yang bahagia adalah karena abainya banyak pasangan dalam mempersiapkan diri menjadi ayah-bunda. Bukankah gagal mempersiapkan berarti mempersiapkan kegagalan?
Kegagalan menciptakan keluarga memiliki dampak pada lemahnya fondasi masyarakat. Dan itu berarti kita sedang membangun bangsa ini pada fondasi yang rapuh tak berkarakter.
“SELAMAT HARI BUNDA”
0 komentar :
Post a Comment
Terima kasih atas commentnya, Comment anda sangat bermanfaat bagi saya... Semoga bermanfaat.